Menurut sebagian orang ‘sejarah ditulis oleh para pemenang’, yaitu menggunakan cara pandang mereka yang secara politik dapat menuliskan ingatan tentang apa yang penting dan menanggalkan apa yang tidak penting menurut penulis. Namun sejarah tidak sekedar apa yang ditulis. Ada banyak situs, yaitu keberadaannya dalam ruang hidup manusia dari masa ke masa menyajikan keterhubungan banyak informasi yang seringkali luput dari apa yang telah ditulis. Situs-situs juga dapat menjadi pintu masuk mengantar pada imajinasi dan pemahaman cara hidup manusia dalam mengelola masyarakat kala itu. Situs menjadi sumber pengetahuan dan inspirasi.
(Arca Garuda Wisnukencana di Musium Trowulan Mojokerto)
Minat
pada sejarah di kalangan masyarakat Indonesia masih sangat rendah, dalam
pengertian sejarah tidak dianggap sebagai sumber belajar, yang tidak sekedar menjadi
memori yang menguatkan posisi para pelaku sejarah, melainkan sebagai inspirasi dalam
mengambil keputusan bersama terkait nilai-nilai yang menjaga kehidupan bersama.
Meski demikian sulit untuk dipungkiri bahwa nilai-nilai yang terpatri dari masa
ke masa yang mewarnai bagaimana hidup bersama dikelola selalu menghadirkan
Bangsa
nusantara dari masa-ke masa berkembang dan maju yang nilai-nilai yang berakar
dari religiusitas agama-agama lokal maupun agama-agama pendatang yang berhasil
diolah sari patinya menjadi modal kultutral bersama. Dari nilai-nilai yang terbukti
mendukung martabat kemanusiaan dan dihayati oleh masyarakat hingga masa modern
ini yang ketika digali oleh para pendiri bangsa dan diformulasi ulang menjadi nilai-nilai dalam
sila-sila Pancasila.
Di
antara masa dalam sejarah nusantara yang memberi inspirasi terkait mengelola
keragaman adalah gagasan dalam kitab Sutasoma karangan Mpu Tantuar yang diantaranya
menjadi semboyan bangsa Indonesia yaitu bhinneka tunggal ika, yang menggabarkan
bahwa pada masa kerajaan Kadiri di abad 14 M, peradaban nusantara telah mampu memberikan
dasar-dasar mengelola perbedan keyakinan yang berbeda-beda dan memandang
perbedaan bukan menjadi sumber masalah.
Trowulan
menjadi pilihan karena di tempat ini banyak situs peninggalam kerajaan
Majapahit yang memiliki keterhubungan dengan kerajaan Kadiri. Bila pada
kerajaan Kadiri kita mendapatkan warisan falsafah bhinneka tunggal ika, maka
pada kerajaan Majapahit para peziarah dapat belajar tentang bangaimana memiliki
gagasan dan semangat menjaga persatuan. Pada masa kerajaan Majapahit, awal mula
wilayah nusantara dipersatukan. Meski kemudian mengalami pasang surut persatuan,
peradaban ini senantiasa dihubungkan oleh nilai-nilai dan sebagian besar wilayah
ini kemudian menjadi negara Indonesia. Majapahit meletakkan dasar imajinasi
persatuan yang dimungkinkan semangat dan nilai-nilai yang dapat diwariskan dan
didukung.
Pada 14-15 Desember 2023 beberapa pegiat
Perkumpulan Pappirus mengakhiri tahun dengan mengadakan perjalanan bertajuk ‘Ziarah
Peradaban Nusantara’. Dari Jogja berangkat dinihari pukul 00 menggunakan kereta
ekonomi dari stasiun Lempuyangan dan sampai di stasiun Jombang pukul 05 pagi.
Turun dari stasiun, rombangan menuju masjid ...tidak jauh dari stasiun. Sebagian
menjalankan shalat subuh dan ikut mandi pagi di masjid tersebut. Pukul 6.30
rombongan sarapan di pinggir alun-alun kemudian memulai perjalanan keliling situs-situs
di Mojokerto. Pada kesempatan ini rombongan mendaat jamuan makan siang di
keluarga Mba Laili Anisah di Mojo Agung. Petang hari rombongan bersiap menuju
stasiun untuk pulang kembali ke Jogjakarta
Komentar
Posting Komentar